Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No. 174 Juli 2017 / Dorothy Sayers
Dorothy Sayers
"Seseorang tidak pernah benar-benar menjadi dirinya sendiri, kecuali ketika ia aktif menciptakan sesuatu." (Dorothy Sayers)
Ia meringkas sebuah cerita yang dikritik oleh orang lain sebagai cerita yang membosankan: "Jadi, itulah garis besar cerita resminya -- pembicaraan tentang masa ketika Allah dianiaya dan dipukuli, ketika Ia diserahkan kepada kondisi yang telah ditetapkan dan menjadi manusia seperti manusia yang Ia ciptakan, dan orang-orang itu menahan dan membunuh-Nya."
Seolah-olah penjelasannya masih kurang, Dorothy Sayers melanjutkan, "Ini adalah dogma yang kita dapati begitu membosankan -- drama mengerikan ini ketika Allah menjadi korban dan pahlawan."
Anda hampir dapat mendengar hela napas setelah akhir kalimatnya; kemudian ia menyimpulkan, "Jika ini membosankan, lalu apa, demi surga, yang layak disebut menarik?"
Sayers tidak pernah merasa bahwa kekristenan, ataupun kehidupan itu sendiri, membosankan. Jenis argumen yang bergairah ini, yang biasanya disertai dengan humor yang tajam, adalah kekhasan Sayers, seperti halnya kehidupannya yang penuh gairah. Sepertinya tidak peduli apa pun yang ia kerjakan, itu menghasilkan sebuah kesuksesan; kita bisa bersyukur bahwa apologetika Kristen adalah salah satu dari banyak gairah dalam hidupnya.
Penulis Cerita Misteri
Dorothy Sayers lahir di Oxford, anak semata wayang Pendeta Henry Sayers. Ia meraih beasiswa di Somerville College, Oxford, dan pada tahun 1915 lulus dengan predikat First Class Honours dalam studi bahasa-bahasa modern.
Rutinitas dan kungkungan akademis tidak menarik baginya, maka ia bergabung ke Blackwell, penerbit Oxford, dan kemudian menjadi seorang copywriter (penulis naskah untuk media iklan - Red.) iklan di Bensons, sebuah perusahaan periklanan London. Ia langsung menorehkan prestasi karena bertanggung jawab besar pada keberhasilan kampanye nasional produk Colman's Mustard; ia menarik ketertarikan publik terhadap produk ini dengan menceritakan kisah-kisah anggota Mustard Club yang imajiner (seperti Lord Bacon dan Cookham dan Lady Hearty).
Ketika berada di Bensons, Whose Body? novel detektif pertamanya dengan lakon Lord Peter Wimsey, yang terkenal di dunia, diterbitkan. Wimsey, dengan kacamata monocle-nya yang khas dan pembawaannya yang elegan, bekerja sama dengan temannya, Inspektur Parker dari Scotland Yard, memecahkan kasus yang biasanya melibatkan kerabat keluarga atau teman dekat. Sayers menjadi terkenal karena menggunakan teknis penulisan novel berkualitas tinggi dalam genre cerita detektif yang populer (setidaknya, seorang ahli telah membandingkan karya fiksinya dengan milik Jane Austen). Secara keseluruhan, Sayers menerbitkan 12 novel detektif antara tahun 1923 dan 1937, beberapa di antaranya telah menjadi karya klasik internasional.
Politik dan Gereja
Ini semua terjadi pada era sebelum cerita misteri dipandang sebagai ranah kaum wanita. Namun, Sayers melakukannya karena, terus terang, ia bangkrut dan ia tertarik dengan genre itu -- bukan karena ia sedang berusaha membuktikan sesuatu: "Adalah konyol untuk melakukan pekerjaan seorang pria agar bisa mengatakan bahwa 'seorang wanita telah melakukannya ? nah!'" tulisnya suatu kali. "Satu-satunya alasan kuat mengapa melakukan suatu pekerjaan adalah karena pekerjaan itu tugas Anda, dan Anda ingin melakukannya."
Penulis Religius
Sayangnya, kehidupan pribadinya tidak selalu seberhasil kehidupan publiknya. Ia jatuh cinta dengan seorang cendekiawan muda, yang menolaknya ketika ia tidak mau diajak tidur oleh pria itu. Di tengah kekecewaan itu, ia melakukan hubungan seks dengan seorang salesman mobil, dan hamil. Ia merahasiakan kelahiran dan pengasuhan anak itu (oleh seorang kerabat pada awalnya) sampai tahun 1975. Dua tahun setelah kelahiran anaknya, ia menikah dengan Oswald Antony Fleming yang sudah bercerai, yang akhirnya mengadopsi putra itu.
Ironisnya, setelah kegagalan moral itulah hidupnya sebagai penulis religius berkembang. Pada tahun 1937, ia diminta menulis sebuah drama untuk Festival Canterbury. Drama yang berjudul The Zeal of Thy House ini juga diikuti oleh serangkaian sandiwara radio BBC berjudul The Man Born to Be King. Kemudian, diikuti oleh serangkaian esai dan buku-buku yang khusus bertemakan kekristenan, termasuk Begin Here, The Mind of The Maker, dan Creed or Chaos? yang dengan cepat menjadikannya salah seorang pembela iman Kristen terkemuka pada generasinya.
Ia menulis menggunakan istilah-istilah yang pada saat itu dianggap tanpa kompromi, terpelajar, dan sekaligus lucu. Mengenai isu kejahatan, salah satu dilema teologis yang paling sulit, misalnya, ia menolak untuk tertelan dalam abstraksi yang samar.
"'Mengapa Tuhan tidak memukul diktator ini hingga mati?' adalah pertanyaan yang sedikit asing bagi kami," kata salah satu tokoh dalam The Man Born to Be King. "Mengapa, Nyonya, Ia tidak membuat Anda bodoh dan dungu sebelum Anda mengucapkan fitnah tak berdasar dan tidak baik itu kemarin lusa? Atau aku, sebelum aku berlaku dengan pertimbangan yang buruk terhadap teman yang bermaksud baik itu? Dan mengapa, Tuan, Ia tidak membuat tangan Anda membusuk sampai ke pergelangan tangan sebelum Anda mencatatkan nama Anda dalam penipuan keuangan yang kotor itu?"
Meskipun giat membela gereja, ia tidak buta terhadap kekurangan gereja atau takut mengolok-oloknya jika gereja hanya sekadar berlaku moralistik atau institusional: "Pendekatan yang dilakukan gereja kepada seorang tukang kayu yang pandai," tulisnya dalam Creed or Chaos? "biasanya sebatas menasihati si tukang kayu agar ia tidak mabuk dan mengacau pada waktu luangnya, dan datang ke gereja pada hari Minggu. Yang mesti dikatakan gereja kepadanya adalah ini: bahwa tuntutan utama agamanya kepada dia adalah supaya dia membuat meja-meja yang bagus."
Terpesona dengan Dante
"Manusia tidak pernah benar-benar menjadi dirinya sendiri, kecuali ketika ia aktif menciptakan sesuatu," tulisnya suatu kali, dan pada sepanjang hidupnya pun ia terdorong untuk menciptakan sesuatu. Pada usia 51 tahun, ia membaca karya Dante berjudul Divine Comedy untuk pertama kalinya, dan ia terpesona: "Saya menolak makanan saya, mengabaikan tidur, pekerjaan, dan kegiatan surat-menyurat saya, membuat teman-teman saya gila ...," tulisnya, "sampai saya terengah-engah berjalan melalui Three Realms of the Dead dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas".
Apa yang ditemukannya, katanya, adalah bahwa Dante "tidak muram dan tegang, tetapi baik dan mudah bergaul ... seorang malaikat agung yang ramah ... (dan) bahwa ia adalah seorang penulis komik yang sangat hebat -- yang adalah hal terakhir yang seseorang ingin dapat simpulkan dari hal-hal yang orang-orang katakan dalam buku-buku mereka".
Ia memutuskan bahwa salah satu karya terakhirnya adalah terjemahan baru karya Dante guna membantu lebih banyak pembaca menyukai karya besarnya. Hasil terjemahannya segera mendapat kritik dari para ahli yang merasa bahwa Sayers telah berkecimpung di wilayah yang bukan keahliannya, tetapi hasil terjemahannya tetap dicetak dan, menurut salah satu biografi terbitan tahun 1992, adalah "terjemahan yang paling berpengaruh dan populer di pasaran".
Sepanjang hidupnya, ia diperhitungkan di antara teman-temannya, T.S. Eliot, Charles Williams, dan C.S. Lewis, dan setelah kematiannya, ia masih memiliki jutaan penggemar cerita misteri yang setia, serta orang-orang Kristen yang ingin agar iman dijelaskan dengan gairah, akal budi, dan ekspresi berbinar. (t/Jing-Jing).
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity Today |
Alamat URL | : | http://www.christianitytoday.com/history/people/musiciansartistsandwriters/dorothy-sayers.html |
Judul asli | : | Dorothy Sayers. Mystery writer and apologist |
Penulis artikel | : | Tim Christianity Today |
Tanggal akses | : | 25 Mei 2016 |
- Login to post comments
- 4032 reads