Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No.04 November 2006 / Bio-Kristi No.04 November 2006
Bio-Kristi No.04 November 2006
Kenneth Lee Pike
Disusun oleh: R.S. Kurnia
PENGANTAR
Awalnya, para ahli lebih banyak melakukan pendekatan secara terpisah-pisah terhadap bahasa. Bukan sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh. Bahkan aspek makna bukan menjadi bagian dari objek yang dikaji1.
"Bahasa bukan sekadar rangkaian suara, klausa, aturan, dan makna yang tidak beraturan; kesemuanya itu merupakan kesatuan sistem yang koheren, yang terintegrasi satu dengan lainnya, bersama-sama dengan perilaku, konteks, wacana universal, dan perspektif peneliti2," demikian Kenneth Lee Pike mengemukakan pendapatnya.
John Sung
Pendeta ini berpenampilan unik. Ia kurus kecil. Rambutnya pendek dan selalu terurai di dahi. Mukanya pucat dan selalu menunduk. Ia selalu berpakaian kemeja putih sederhana model Tiongkok kuno. Ia tidak suka tersenyum sana-sini atau berbasa-basi. Sifatnya ketus dan menyendiri. Ia pemalu. Tapi kalau berkotbah, tiba-tiba ia menjelma menjadi nabi yang berapi-api. Orang datang berduyun-duyun sampai gedung gereja melimpah ruah. Itulah Dr. John Sung dari Tiongkok yang membuat ratusan ribu orang Indonesia pada tahun 1935-1939 menerima Injil Kristus.
Siapakah John Sung? Ia lahir dengan nama Sung Siong Geh pada tahun 1901 di sebuah desa miskin di propinsi Fukien di Tiongkok Tenggara. Ayahnya pendeta Gereja Metodis. Ibunya buruh tani. Mereka sekeluarga bertubuh lemah dan sering sakit.