Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi

You are hereTeolog / Erasmus

Erasmus


Erasmus adalah seorang sarjana kenamaan pada permulaan abad keenam belas. Ia seorang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan Kitab Suci. Erasmus berperawakan kecil, bermata biru, berambut pirang, dan dahinya berkerut. Suaranya lembut dan enak didengar. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa Latin, yaitu bahasa kesarjanaan pada masa itu. Nasihat-nasihatnya selalu diminta oleh pemimpin-pemimpin Eropa dan ia selalu berkunjung ke mana-mana.

Erasmus adalah seorang sarjana humanis yang terkemuka dan dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya, edisi Perjanjian Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani mendorong gerakan reformasi Luther.

Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah anak di luar ikatan pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya ditahbiskan menjadi imam setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya dimulai pada sebuah sekolah latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang diasuh oleh "The Brethrehn Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup Rukun). Di sini, Erasmus memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.

Pada tahun 1486, Erasmus dimasukkan ke dalam biara Augustinus oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri, berhubung ibunya telah meninggal. Ia tinggal dalam biara ini selama 5 tahun (1486 -- 1491). Selama masa itu, ia menulis sejumlah puisi dan karangan prosa lainnya. Dalam tulisan-tulisannya ini, sudah nampak kritik-kritiknya terhadap keburukan-keburukan gereja dan keburukan hidup para biarawan. Mungkin keburukan-keburukan tersebut dilihatnya sendiri dalam kehidupan biaranya.

Kemudian Erasmus keluar dari biara, dan tahun 1492 ditahbiskan menjadi imam -- jabatan yang kurang disukainya -- oleh Uskup Cambray. Memang seumur hidupnya Erasmus tetap dalam jabatan imam tersebut, namun ia tidak pernah menjadi imam jemaat dan ia juga tidak pernah menikah. Ia memberi diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Atas bantuan Uskup Cambray, Erasmus meneruskan studinya di Universitas Paris pada tahun 1495. Seterusnya, ia hidup sebagai seorang humanis sejati.

Erasmus banyak mengadakan perjalanan ke mana-mana. Tahun 1499, ia berkunjung ke Inggris untuk pertama kalinya dan di sana ia disambut dengan hangat terutama oleh Johanis Colet. Kemudian ia kembali ke Eropa dan mengunjungi Inggris pada tahun 1505. Kunjungannya yang terakhir ke Inggris adalah pada tahun 1509 dan ia tinggal di rumah Moore selama 7 tahun. Dalam perjalanannya menuju Inggris yang terakhir ini, ia menulis sebuah buku yang berjudul "The Praise of Folly" (Pujian bagi Folly), yang diselesaikannya di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Setelah kembali dari Inggris, ia mengembara dari satu kota ke kota lain dan kemudian menetap di Basel pada tahun 1521 -- 1529. Di Basel, ia berhubungan dengan Zwingli. Zwingli sering mengunjunginya dan keduanya sering surat-menyurat. Di sinilah juga Erasmus menemukan tulisan-tulisan Luther yang barangkali lewat perantaraan Zwingli.

Tahun 1529, Erasmus meninggalkan Basel dan berpindah ke Freiburg di mana ia tinggal 6 tahun lamanya. Ia ingin kembali ke negerinya sendiri, dan dalam perjalanan kembali ke Belanda, ia masih singgah di Basel untuk mengawasi pencetakan bukunya mengenai Origenes pada sebuah percetakan milik Johanis Froben. Di sini, Erasmus jatuh sakit dan meninggal dunia di rumah Froben. Kata-katanya yang terakhir adalah: "O Jesu, misericordia; Domine, liberame; Domine fac mie; Domine miserere mei" (O Yesus, kasihanilah aku; Tuhan selamatkanlah aku; Tuhan, semuanya telah berakhir; Tuhan kasihanilah aku).

Erasmus adalah seorang tokoh yang berjasa bagi gerakan reformasi gereja yang dipimpin oleh Luther. Luther mempergunakan edisi Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang keluar dari tangan Erasmus. Erasmus juga mengkritik keburukan-keburukan yang ada dalam gereja dan menasihatkan Paus untuk mengambil tindakan-tindakan pembaharuan gereja. Erasmus mau mengadakan pembaharuan gereja dengan cara yang lemah lembut dan bukan dengan jalan kekerasan. Ia mau memperbaharui gereja dengan tetap tinggal dalam gereja itu.

Hingga tahun 1524, Erasmus bersimpati kepada gerakan reformasi Luther, namun sejak tahun itu hingga meninggalnya, ia menjadi konservatif-reaksioner. Dalam surat pada tahun 1519 kepada Uskup Agung Mainz, Albrecht, ia menulis antara lain sebagai berikut: "Luther adalah sama sekali asing bagi saya dan saya tidak memunyai waktu untuk membaca buku-bukunya kecuali membaca sepintas lalu beberapa halaman. Luther telah menulis surat kepada saya dengan nada kekristenan yang sejati dan sebagaimana saya pikir. Saya telah membalasnya sambil menasihatkan agar jangan menulis sesuatu melawan kepausan atau menghidupkan sikap intoleran, tetapi mengajarkan Injil yang keluar dari hati nurani yang murni."

Demikianlah juga Erasmus menulis kepada Paus Leo kesepuluh, antara lain sebagai berikut: "Saya tidak memunyai ikatan persahabatan dengan Luther, saya juga tidak pernah membaca buku-bukunya kecuali 10 atau 12 halaman, tetapi itu pun dengan sepintas lalu saja. Dari apa yang saya lihat, dia adalah seorang yang cakap menguraikan Kitab Suci seperti bapa-bapa gereja, suatu karya yang sangat dibutuhkan zaman ini. Menurut hemat saya, saya senang dengan kebaikannya dan bukan dengan keburukannya. Saya telah menulis banyak surat kepada sahabat-sahabatku sambil memohon supaya mereka menasihatkan orang itu (Luther) untuk melaksanakan kelemahlembutan kekristenan dalam surat-suratnya dan tidak merusak perdamaian gereja."

Pada tahun 1524, Erasmus menyatakan perlawanan terbuka terhadap Luther dengan menerbitkan tulisannya, "Diatribe-de Libero Arbitrio" (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai keselamatan jikalau tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan Erasmus dengan tulisannya yang berjudul "De Servo Arbitrio" (Kehendak yang Terikat). Luther berpendapat bahwa manusia, ketika jatuh ke dalam dosa, tidak lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia diumpamakan sebagai seekor kuda atau keledai. Jalannya kuda atau keledai itu ditentukan oleh penunggangnya. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis dan Iblis menguasai manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas. Luther memang adalah murid yang sejati dari Augustinus.

Dengan demikian, bercerailah Luther dengan Erasmus. Sekalipun demikian, Luther tetap menghormati Erasmus dengan kata-katanya dalam suatu surat kepada Erasmus pada tahun 1524, antara lain sebagai berikut, "Seluruh dunia menjadi saksi atas kesuksesan Anda dalam kesusastraan klasik yang luar biasa itu yang olehnya kami dibawa kepada pengertian yang benar tentang Kitab Suci. Inilah rahmat Allah yang terbesar yang dilimpahkan kepada Anda yang menyebabkan kami harus mengucapkan syukur." Erasmus hanya mengantarkan gerakan reformasi di pertengahan jalan, seperti Musa mati di Gunung Nebo tanpa masuk ke tanah Kanaan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja
Judul asli artikel : Erasmus, Desiderius Roterodamus
Penulis : Drs. F.D Wellem, M.Th.
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
Halaman : 101 -- 103

 

Sumber: Bio-Kristi 34

Komentar


Kunjungi Situs Paskah untuk memperoleh bahan Paskah


https://paskah.sabda.org

SABDA Live



Alkitab SABDA


Cari kata atau ayat:

Kamus SABDA


Media Sosial

 

Member login

Permohonan kata sandi baru