Natal. Apa yang istimewa dari hari itu? Latihan drama, paduan suara, acara bakti sosial, perayaan yang meriah di gereja? Bagi banyak orang percaya di jaman ini, hal-hal itu memang senantiasa menjadi ritme ketika bulan Desember datang. Kesibukan dan kegiatan di gereja maupun komunitas pelayanan di penghujung tahun ini memang senantiasa menjadi pusat perhatian kita dari tahun ke tahun. Lalu, kisah kelahiran Yesus pun menjadi klise, dan semua kegiatan yang seharusnya diarahkan untuk menjadi pengingat akan kehadiran Allah yang transenden ke tengah-tengah manusia justru menjadi fokus utama. Bukan Kristus. Lalu, apa yang kita rayakan dan peringati?

Kejadian 3:15 sesungguhnya menjadi dasar bagi kita untuk merayakan Natal. Bahwa semenjak awal, Allah telah merencanakan untuk memulihkan ciptaan yang telah jatuh ke dalam kutuk dosa melalui karya penebusan Putra-Nya. Di dalam kematian-Nya, kita akan diselamatkan dan segenap ciptaan akan kembali dipulihkan kepada tujuan asalnya, yaitu untuk memuliakan Allah. Jadi, Natal sesungguhnya bukan hanya peringatan akan kehadiran Allah di tengah-tengah manusia, tetapi juga sebagai pengingat bahwa Dia lahir untuk mati, untuk menjadi jalan pendamaian antara manusia dengan Allah, dan obyek pemuas rasa keadilan Allah terhadap dosa dan kejahatan manusia.

Natal ini, kiranya hati dan karya Anda senantiasa terpancang pada Kristus dan karya-Nya bagi kita. Amin.