Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are herePengkhotbah / William Booth
William Booth
William Booth lahir di Nottingham, Inggris, pada tanggal 10 April 1829. Saat berusia tiga belas tahun, ekonomi keluarganya betul-betul hancur berantakan, sehingga Booth yang semula mendapatkan pendidikan yang sangat berkualitas akhirnya harus meninggalkan bangku sekolah dan bekerja di rumah gadai. Di sana, ia melihat jurang yang begitu dalam antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini membuat dia bertekad untuk memerbaiki nasib rakyat kecil yang tertindas. Baru setahun Booth bekerja, ayahnya meninggal dunia dan hal ini membuat jiwanya sangat terpukul. Akan tetapi, justru hal ini pula yang membuat ia mulai memikirkan kehidupan setelah kematian. Setelah dibimbing oleh salah seorang sepupunya yang cinta Tuhan, kerohaniannya semakin bertumbuh.
William Booth lahir di Nottingham, Inggris, pada tanggal 10 April 1829. Saat berusia tiga belas tahun, ekonomi keluarganya betul-betul hancur berantakan, sehingga Booth yang semula mendapatkan pendidikan yang sangat berkualitas akhirnya harus meninggalkan bangku sekolah dan bekerja di rumah gadai. Di sana, ia melihat jurang yang begitu dalam antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini membuat dia bertekad untuk memerbaiki nasib rakyat kecil yang tertindas. Baru setahun Booth bekerja, ayahnya meninggal dunia dan hal ini membuat jiwanya sangat terpukul. Akan tetapi, justru hal ini pula yang membuat ia mulai memikirkan kehidupan setelah kematian. Setelah dibimbing oleh salah seorang sepupunya yang cinta Tuhan, kerohaniannya semakin bertumbuh.
Sejak mengalami pembaharuan hidup pada usianya yang ke-15, Booth mengasingkan diri dari kehidupan dunia dan bertekad, "Bila saya mau berbakti pada Tuhan, saya harus berbakti dengan segenap hati."
Pada usia tujuh belas tahun, Booth bersama seorang temannya yang bernama Samson mulai mengabarkan Injil pada orang-orang miskin dan berpakaian compang-camping di Nottingham. Mereka membawa orang-orang tersebut ke gereja dan duduk di kursi terdepan. Akan tetapi, ternyata Booth belum terlalu serius dengan pelayanannya. Menanggapi hal ini, salah seorang temannya menegur Booth, "Kepasifanmu adalah tanda mementingkan diri sendiri yang membuatmu takut dan menahanmu bersaksi bagi Kristus." Teguran tersebut menjadi pelajaran bagi Booth. Selanjutnya dia berusaha mengalahkan kegugupannya dan mulai bisa memimpin pujian dan berkhotbah dengan berdiri di atas sebuah kursi.
Pada usia dua puluh tahun, Booth pergi ke London. Karena tidak mendapat pekerjaan lain, terpaksa dia tetap bekerja di pegadaian sambil berkhotbah. Melihat talenta pelayannya, seorang pengusaha bernama E.J. Rabbits menyarankan agar Booth melayani Tuhan sepenuh waktu dan dia akan menanggung biaya hidupnya selama tiga bulan. Ternyata pengusaha ini bukan hanya membantunya dalam hal pelayanan. Secara tidak sengaja, melalui pengusaha tersebut jugalah Booth berkenalan dengan seorang gadis bernama Catherine Mumford yang kemudian dinikahinya pada 16 Juni 1855 di London. Upacara pernikahan mereka sangat sederhana dan bertolak belakang dengan kebiasaan pada waktu itu. Pernikahan mereka sungguh-sungguh mencerminkan kesederhanaan seorang pengikut Kristus yang sejati. Pernikahan dirayakan tanpa bunga, tanpa musik, tanpa tamu, melainkan hanya mempelai pria dan wanita serta seorang pendeta yang memberkati dan dua orang saksi.
Pelayanan selanjutnya semakin berkembang sekalipun mereka berasal dari dua karakter yang berbeda, Booth yang keras dan Catherine yang lembut dan baik. Bahkan kehidupan mereka pun dijalani dengan baik. Banyak orang menganggap pelayanan suami istri baru ini sebagai pelayanan yang mengagumkan karena keduanya mampu memberikan kasih bagi mereka yang miskin dan terlantar. Namun, pihak gereja memperlakukan mereka secara tidak adil karena tidak suka dengan pola pelayanan Booth dan khotbah-khotbahnya yang selalu mencela gereja yang tidak peduli dengan kemiskinan jemaatnya.
Perlakuan tidak adil dinyatakan dalam bentuk pembatasan terhadap pelayanan Booth dan istrinya. Mereka tidak dapat menerima perlakuan ini. Dengan berat hati, mereka pindah ke Gereja Persekutuan Baru Metodis. Di sana, mereka melayani selama sembilan tahun, dan pada tahun 1861 ketika diadakan konferensi tahunan gereja, mereka menyatakan keluar dari gereja dan memulai pelayanan sendiri sehingga lebih bebas. Tuhan terus membukakan pelayanan yang baru bagi mereka. Dengan usaha dan dana sendiri, mereka memasuki daerah-daerah pelayanan yang rawan. Dengan keberanian dan penyerahan penuh, mereka memasuki tempat-tempat kumuh. Mereka tetap tidak mundur sekalipun dicemooh. Bagi mereka berdua, yang paling utama adalah menyatakan kasih Kristus pada orang-orang terlantar, sekalipun risikonya sangat besar.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mengikuti pelayanan mereka. Hal ini juga yang membuat mereka harus mempunyai tempat ibadah yang tetap. Namun, mereka tidak memiliki kemampuan dalam hal dana. Akhirnya mereka hanya menyediakan sebuah tenda sederhana di mana jemaat-jemaat bisa berkumpul untuk belajar firman Tuhan. Namun, tenda hanya bertahan dua bulan karena diterpa angin kencang. Booth tidak habis akal. Sekalipun tenda hancur, tetapi ibadah harus tetap berjalan. Itulah sebabnya Booth dengan gigih berusaha untuk dapat mengadakan ibadah dengan menggunakan gedung sandiwara, toko, bahkan di samping kandang binatang. Memang merupakan hal yang sangat memprihatinkan, namun justru pelayanan mereka bisa semakin berkembang.
Setelah semakin berkembang, Booth mendirikan lembaga pelayanan untuk London Timur yang diberi nama The East London Christian Missionary. Lembaga ini sangat memerhatikan nasib para pekerja yang berpenghasilan rendah, sehingga selain menyebarkan Alkitab, traktat, dan buku, Booth juga mendirikan bank tabungan untuk dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Lembaga ini kemudian berkembang dengan pesat dan memungkinkan mereka untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti kebaktian wanita, sekolah minggu, sekolah Alkitab, dan sekolah sore untuk mengajar orang-orang miskin di London Timur agar dapat membaca dan menulis. Di samping itu, lembaga ini juga menerbitkan majalah, yaitu The East London Evangelist sebagai media informasi dan komunikasi. Melihat semakin berkembangnya pelayanan lembaga ini, Booth mengganti nama lembaganya menjadi The Christian Mission. Penggantian nama ini mempunyai tujuan agar pelayanan mereka bukan hanya difokuskan ke London Timur, melainkan ke seluruh dunia.
Wujud dari perkembangan pelayanan yang hanya dimulai dari sebuah tenda, melahirkan sebuah gerakan besar dalam kekristenan, yaitu Bala Keselamatan (The Salvation Army), yang bertujuan menyampaikan Injil dalam kata dan perbuatan kepada semua orang, khususnya mereka yang miskin dan terabaikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh jiwa "altruis" sejati dalam diri Booth, yaitu orang yang memperjuangkan hidup orang lain lebih daripada dirinya sendiri. Booth melihat bahwa Injil memiliki segi sosial, sehingga gerakannya ditujukan untuk mengangkat orang miskin dan tertindas. Gerakan ini dibentuk menurut model tentara Inggris yang memakai seragam dengan tanda kepangkatan bagi pejabatnya, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasukan militer yang siap memerangi kuasa kegelapan di bumi ini. Bendera pasukan ditetapkan berwarna merah, biru, dan kuning. Merah melambangkan darah Tuhan, biru melambangkan kesucian, dan kuning melambangkan api Roh Kudus.
Tahun 1890, dengan dibantu sahabatnya, Booth berhasil menulis buku berjudul In The Darkness England and The Way Out. Buku ini menceritakan ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan nilai-nilai moral, serta mengusulkan perbaikan-perbaikan dengan menyediakan sarana penampungan bagi para wanita tunasusila. Ia juga mengusulkan penyediaan fasilitas pendidikan bagi para gadis sehingga mereka tidak menjadi wanita tunasusila. Demikian juga perbaikan nasib untuk para buruh pabrik dan perkebunan. Penerbitan buku ini ternyata berdampak besar.
Dalam waktu relatif singkat, lembaga yang didirikan Booth mendapat sumbangan sebesar 120.000 poundsterling yang kemudian digunakan untuk mewujudkan saran-saran seperti yang dia tuliskan dalam bukunya. Iblis tidak tinggal diam dengan apa yang mereka lakukan dan mulai menghasut banyak orang untuk menyerang mereka. Pernah ada pemilik kedai minuman keras yang berusaha menyuap supaya gerakan mereka yang merugikan dirinya dipindahkan ke tempat lain, namun ditolak. Ada pula walikota pemilik pabrik minuman keras yang menyuruh para bandit di pasar, menyerang tim Bala Keselamatan dengan sebelumnya menyuap para polisi dan hakim supaya gereja diam saja. Namun aktivitas tim tetap berjalan. Bahkan akhirnya, tim Bala Keselamatan mendapat dukungan dari parlemen Inggris dan masyarakat, sehingga aktivitas mereka semakin meluas bahkan sampai ke luar negeri.
Tanggal 4 Oktober 1890, Catherine, istri Booth, meninggal dunia. Kesedihan tidak membuatnya berhenti berjuang dalam pelayanannya, dia terus melayani Tuhan dengan gigih hingga tanggal 12 Agustus 1912 Booth kembali ke pangkuan Bapa di surga dengan sukacita dalam usia 83 tahun. Sepeninggalnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, gerakan Bala Keselamatan sudah tersebar ke seluruh dunia dengan misi dalam bidang sosial, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan Booth sangat diberkati dan menjadi monumental, baik gereja maupun panti-panti asuhan yang didirikannya, termasuk di Indonesia.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul artikel | : | William Booth (1873 -- 1945) |
Judul buku | : | Pekan Misi Penginjilan ke-29 Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong - 2005 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Gereja Injili Hok Im Tong |
Halaman | : | 53 -- 54 |
- Login to post comments
- 14971 reads